Untuk Nenek
Sore ini langit benar-benar
menakutkan awan hitam menutupi langit bagaikan permadani raksasa, sepertinya
hujan akan turun dengan deras. Aku bergegas menuju halte depan kantor berusaha
mencari alat tranportasi untuk sampai ke apartemen secepatnya. Tapi sepertinya
ke adaan memaksaku untuk bertahan lebih lama dihalte.
“eh
dek, emangnya kamu gak pulang?,” tanyaku saat melihat seorang gadis kecil duduk
disampingku, wajahnya benar-benar memacarkan kebingungan.
“aku belum bisa pulang,”
jawabnya singkat, kulihat ia memperhatikanku secara seksama seakan waspada
dengan sosok asing disampingnya.
“kenapa ?,” tanyaku penasaran,
seorang gadis kecil sesore ini masih berkeliaran dengan memakai seragam
lengkap. Ia hanya menggelengakan kepala kembali memandang lurus kearah jalan
raya. “gak usah takut nama kaka rifa, ada yang bisa kaka bantu ?,” tanyaku
sambil tersenyum.
“aku keisya. kaka bukan orang
jahatkan ?,” tanyanya benar-benar polos, membuatku ingin tertawa. Walaupun aku
ini benar-benar orang jahat mana mungkin aku berbicara jujur.
“iya kaka bukan orang jahat,”
jawabku sambil tersenyum.
Gadis kecil itu menarik nafas
panjang memulai bercerita. “kaka tau kan besok hari kasih sayang ?,” tanya
gadis kecil itu disambut anggukan kepala dariku. “dan kaka pasti gak tahu bahwa
di dunia ini yang aku cintai hanya satu orang, dan orang itu adalah nenekku,”
lanjutnya sambil tersenyum, lesung pipi terbentuk dari senyumnya.
Ada kebingungan dalam benakku
kenapa orang yang ia cintai buka ibu atau ayahnya ? seakan menjawab pertanyaan
ku, ia melanjutkan ceritanya.
“tahun lalu orangtuaku bercerai,
jadi untuk sementara aku tinggal bersama ibuku, tapi tak lama setelah itu ibuku
menikah lagi dan ibuku menyerahkanku kepada ayahku. Lalu aku tinggal bersama
ayahku untuk beberapa minggu tapi ayahku merasa kerepotan mengurusku seoran
diri akhirnya ia menyerahkanku kepada nenekku,” terdengar helaan nafas, aku
tahu harusnya aku tak bertanya ini pasti menyakitinya.
“Awalnya
aku berfikir apakah nenekku akan menyerahkanku kepada orang lain seperti yang
dilakukan orangtuaku. Tapi aku salah nenekku tak seperti itu, ia tak seperti
kedua orangtuaku yang memperlakukanku seperti bola, menyerahkanku kesana
kemari. Tapi nenekku menerimaku dengan senang hati, menyayangiku, dan
melindungiku. Untuk itu aku ingin memberikan hadiah untuknya baju baru, tapi
sayang uangku tak cukup,” terdengar jelas nada kecewa disana, anak sekecil ini
harus menjalani hidup sepahit itu.
“maafkan
kaka ya sudah lancang bertanya seperti itu, terus sekarang rencana kamu apa ?,”
tanyaku sambil tersenyum.
“aku
gak tahu,” jawabnya putus asa menghembuskan nafas seakan berusaha melepaskan
beban dalam benaknya.
“antar
kaka ke toko yang kamu mau beli baju untuk nenekmu yuk,” pintaku sambil
tersenyum.
“untuk
apa ? apa kaka juga mau beli baju ?,” tanyanya polos.
“sepertinya
begitu, ayo,” ajakku sambil menarik tangan kesya membiarkannya memimpin
didepan. Sepanjang perjalanan ia terus tersenyum sambil melontarkan beberapa
candaan untuk mencairkan suasana, siapapun yang melihatnya pasti tak akan
menyangka bahwa gadis sekecil ini menyimpan begitu banyak cerita pahit.
“ini
dia tokonya, kaka lihat baju yang berwarna biru itu ? itu dia baju yang aku
ingin belikan untuk nenek, baguskan,” ucapanya sambil memandangi baju panjang
menutupi mata kaki berwarna biru yang tepajang dingat apik disisi lain toko.
“kamu
tunggu disini ya jangan kemana-mana ?,” ucapku sambil tersenyum.
“sip
kak,” jawabnya sambil mengangguk. Aku langsung memasuki toko dan keluar
beberapa menit kemudian.
“ini
untukmu,” ucapku sambil tersenyum menyerahkan bungkusan pelastik.
“apa
ini kak ?,” tanyanya sambil melihat isi pelastik. “waaah baju untuk nenek, tapi
kak kita kan baru kenal ?.”
“yang
penting aku sudah mengenalmu, ayo kaka antar pulang nenekmu pasti sudah
menunggu,” ajaku sambil menggenggam erat tangan keisya yang terus tersenyum
manis.
_SELESAI_
Komentar
Posting Komentar