Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Diceritakan Senja

Ada yang selalu diceritakan senja Tentang kesabaran menghadapi pertemuan dan perpisahan Tentang siang yang terus menanti malam Tentang malam yang harus rela ditinggalkan siang Tentang perjanjian di hari esok, untuk kembali bertemu lebih lama Sesaat, kita dipertemukan di persimpangan Tak ada yang dapat menghentikan waktu Begitupun dengan pertemuan yang harus berlalu Hingga akhirnya, aku hanya bisa terdiam ditemani sendu Dan sedikit demi sedikit merangkai kata tentang rindu. 2014

Wanita yang Berbeda

Pukul 16.30 Aku datang tepat waktu. Sore ini, kami berdua berjanji untuk kembali bertemu setelah hampir satu minggu semua pekerjaan menyita seluruh waktuku. Dari depan pintu, Aku dapat melihatnya duduk di sudut cafe, sedikit terpisah dari pengunjung lainnya. Tempat biasa kami menghabiskan segelas kopi dalam genggaman masing-masing. Seperti biasa ia selalu datang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. “aku tak suka menunggu, itu lah alasannya kenapa aku tak ingin membuat orang lain menunggu.” Itu yang selalu ia katakan. Dan aku belajar hal itu darinya. Ia langsung tersenyum saat menyadari kehadiranku. Masih menggunakan blezer kerja berwarna hitam,yang menandakan bahwa ia tak sempat pulang ke rumah. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Rasa lelah terpancar jelas di wajahnya, entah karena pekerjaan atau karena hubungannya dengan laki-laki itu. Tapi bagaimanapun, Ia selalu terlihat cantik. Aku melanjutkan langkahku dan duduk di hadapannya. Tanpa banyak haha dan hihi akhirnya

Bagaimanapun, cinta harus diperjuangkan bukan?

“Kita berangkat sekarang?” tanyanya lagi, setelah hampir satu jam kami berdua dilanda kesunyian. Ia masih berdiri ditempat yang sama sejak setengah jam yang lalu, bersandar pada bingkai jendela yang berada tak jauh dariku.           “Entahlah, aku tak yakin.” Jawabku sambil bersandar di sofa. Tak ada sedikipun keinginan untuk ku bergeser apalagi beranjak.          “Sampai kapan?” Ia memalingkan wajah keluar jendela, tak lagi memandangku. Samar-samar aku dapat melihat kekecewaan yang tergambar jelas diwajahnya.             “Aku tak tahu!” jawabku mulai kesal. Aku tak suka ditanya hal yang sama berulang-ulang.           “Tapi, Ayah dan Ibuku sudah menunggu. Aku sudah berjanji untuk membawamu, calon pengantinku.” Ia berbicara dengan lembut namun, aku tahu Ia tengah meredam rasa kecewa.            Aku mencondongkan tubuhku kedepan, tak lagi bersandar. Aku kembali mengacak-ngacak rambutku, membuatnya semakin berantakan. Sepertinya, itu cukup menunjukan bahwa aku benar-benar merasa f

Tentang; Dia yang Mencintai Dia

Selamat malam Tuan, izinkan aku sedikit bercerita. Perkenalkan, aku adalah bagian dari rona jingga yang orang-orang sebut dengan senja. Tugasku disini hanyalah bercerita. Jadi, duduklah dengan tenang dan biarkan semuanya menjadi indah untuk dikenang. Aku akan bercerita tentang Dia yang Mencintai Dia. Tentang Dia yang harus berhenti menanti dan perlahan demi pelahan diharuskan untuk pergi. Bukankah menyesakkan? Ketika ingin berteriak, tetapi dipaksa untuk diam. Bukankah menyesakkan? Ketika ingin berlari, tetapi dipaksa untuk berhenti. Begitupun dengan cinta. Tidakkah menyakitkan ketika mencintai, tetapi tidak dizinkan untuk memiliki? Itulah yang terjadi dengan Dia dalam ceritaku, Tuan. Dalam setiap debar yang Ia rasakan, terdapat harapan yang tak sanggup Ia ungkapkan. Bahkan, untuk sekedar Ia impikan. Saat ini, untuk pertama kalinya Ia merasakan sebuah debar yang berbeda, debar yang lama kelamaan Ia sebut dengan Cinta. Cinta begitu janggal dan tak bisa dimengerti, itulah yang

Teruntuk Saya

Teruntuk Saya. Hai Saya. Sudah sejauh mana kamu berjalan? Sudah selelah apa kamu rasakan? Tak usah takut saya, kamu tak pernah sendiri karena aku akan selalu bersamamu. Tenang saya, janji ku sunggu. Tak seperti janji mereka yang hadir, kemudian pergi setelah membuatmu merasakan apa itu getir. Cukup yakinkan dirimu saya, bahwa aku selalu hadir. Tak usah ragu bertanya padaku disaat kamu merasa kebingungan. Tak usah sungkan bercerita padaku disaat kamu merasa ketakutan. Hai Saya. Kenapa kamu menutup telinga? Sudah lelah kah mendengar Aku bercerita? Padahal aku hanya ingin memberitahumu apa yang seharusnya kamu lakukan. Saya, sesekali dengarkanlah aku, kata hati mu. Dari Aku.

Untuk Seseorang di Masa Lalu

Untuk Seseorang di Masa Lalu. Hai. Apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja. Entah kenapa malam ini tiba-tiba kamu hadir difikiranku. Padahal, ini sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Kira-kira, 6 atau 7 tahun yang lalu. Ini sudah lama sekali, bukan? Sekarang saja umurku sudah 16 tahun dan beberapa bulan lagi aku akan berulangtahun yang ke-17. Hmmm, kalau tak salah tahun ini kamu akan berulangtahun yang ke-18, kan? Aku tak menyangka akan mengingatmu sedetail ini. Aku juga masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Kamu adalah murid baru disekolah agamaku dulu. Didepan kelas kamu memperkenalkan namamu yang terdiri dari 2 suku kata. Kata pertama diambil dari nama Baginda kita dan kata kedua adalah nama salah satu surga. Anehnya nama itu malah terdengar menyebalkan ditelingaku. Selanjutnya kamu menyebutkan daerah asalmu dan dipersilakan duduk oleh ibu guru.Sebagai Anak perempuan yang pendiam, aku sama sekali tak memperdulikan kehadiranmu. ––jika kamu membaca s

Rumah

Hujan kembali turun, senja yang harusnya jingga kini terpaksa berubah menjadi kelabu. Perpustakaan sekolah yang awalnya sepi, kini mulai ramai oleh tetesan hujan yang jatuh menyentuh atap. Rasanya semakin enggan untukku beranjak dari sini. Bukan karena aku termasuk anak yang rajin, hingga sampai saat ini aku masih bertahan disini. Hanya saja, tempat ini adalah satu-satunya tempat dimana aku bisa mendapatkan ketenangan dan menyembunyikan semua kenangan. Ku alihakan pandanganku dari buku yang tengah ku baca. Dari tempatku duduk kini, aku bisa melihat dengan jelas setiap sudut dari ruang perpustakaan. Sepi... benar-benar sepi. Mungkin, hanya tinggal aku dan penjaga perpus yang ada disini. Ku lihat jam dipergelangan tangan, beberapa menit lagi mau tak mau aku harus segera beranjak dari sini dan kembali ke rumah. Oh iya, rumah... Tempat yang ku tinggali saat ini, masih pantaskah aku menyebutnya rumah? Bukan karena bentuknya yang tak layak tapi, karena keadaan didalamnya. Rumah berl

Dia

Senja mulai beranjak petang, namun gadis itu masih tetap berdiri disudut taman yang mulai tertutup gelap malam. Tak ada yang ia lakukan selain menanti, menanti laki-laki yang baru saja pergi, kalau-kalau laki-laki itu akan kembali. “Seharusnya aku tak sedih! Seharusnya aku tak merasa sedikitpun kecewa! Bukankah seharusnya aku merasa bahagia?! Tuhan sangat baik, bahkan terlalu baik. Sehingga dengan cepat Tuhan menunjukan kebenaran yang sesungguhnya.” Batinnya. Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir mungilnya. Hanya ada air mata yang mewakili semua perasa. Sepanjang perjalanan pulang ia harus melangkah sendiri. Kini yang ia butuhkan hanyalah sebuah pelukan hangat yang mampu menenangkan dan genggaman tangan yang akan menguatkan. Namun lagi-lagi ia harus menelan pil kekecewaan saat tersadar tak ada satupun orang disampingnya. Kini, semuanya seakan menjauh pergi, ia benar-benar merasa sendiri. Hingga akhirnya rumah menjadi satu-satunya tempat untuk kembali saat semua beranjak p

Selamat Tahun baru! :)

Malem ini gue iseng nginget-nginget apa aja yang udah terjadi ditahun 2013, dan ternyata banyak banget hal yang udah terjadi. *yaiyalah secara 1 tahuneun. -_- Ditahun 2013 ini banyak banget kenangan, pengalaman, dan pelajaran yang bisa gue ambil yang bikin gue (semoga) jadi lebih baik. Kemaren-kemaren banyak dikasih kasih sayang dan cinta dari orang-orang disekitar gue. Ditunjukin orang-orang yang pake “Topeng” dan yang nggak, semua itu bikin gue sadar nggak semua yang dianggap baik itu bener-bener baik. Selain itu ketemu orang-orang baru yang sebelumnya mungkin nggak pernah terfikir bakal ada dikehidupan gue, mereka jadi salah satu kejutan manis yang nggak pernah terduga. Sekarang gue jadi inget semua kebodohan-kebodohan yang udah gue lakuin ditahun 2013. Dan menurut gue; nggak ada yang lebih lucu selain ngetawain kebodohan diri sendiri. Ditahun 2013, gue pernah ada diposisi seakan-akan gue jadi orang paling bego didunia, dan sekarang   gue cuma bisa mikir; Kok bisa ya gue