Kepentok Jarak ( Tentang Rindu)
Rindu itu masih disini, menemaniku disaat kamu tak ada
disampingku. 40 hari telah berlalu setelah kamu pergi. Sejauh ini ku rasa semua
baik-baik saja. walau aku rasa akhir-akhir ini rasa
rindu itu semakin tak bisa ku kendalikan, mungkin karena jarak yang kini
terbentang diantara kita diiringi waktu yang tak bisa ditawar lagi. Jarak
memang terkadang berubah menjadi sangat jahat, saat tangan kita tak lagi saling
menggenggam dan wajah kita tak lagi saling menatap; karena jarak.
Terkadang
aku merasa bosan sampai akhirnya aku merasa jenuh dengan rinduku sendiri. Rindu
ini semakin tak dapat ku kendalikan, rasa rindu ini sering berubah menjadi
emosi dan kecemburuan yang berlebihan. Maaf jika terkadang emosiku tak
terkandali dan kadar ke egoisan ku kian meningkat, tapi ketahuilah itu adalah
bentuk pengungkapan rindu yang tak bisa ku jelaskan. Tak ada satu pun cara untuk membuat rindu ini berkurang, yang ada malah semakin bertambah.
Rasa
ragu dan curiga yang kini tak dapat lagi ku bendung. Hingga akhirnya aku
kehilangan akal untuk sekedar mengungkapkannya padamu. Ini semua membuatku
semakin labil. Rindu itu berubah menjadi tombak tajam yang bersiap menusuk
tepat dijantungku. Terkadang aku
bener-benar merasa kecewa pada diriku sendiri yang tak pernah bias membuat
keadaan lebih baik. Tapi aku akan selalu mencoba melakukan yang terbaik.
Tak dapat ku pungkiri kata meneyrah sering kali
menhinggapi pikiranku. Tapi lagi-lagi kamu selalu punya
cara untuk menguatkan ku, menahan ku sampai aku merasa mampu bertahan dengan
mu, dengan semua keadaan dan jarak yang begitu menyiksa. Terimakasih pangeranku
telah menguatkan ku dengan kata-kata bijak mu yang begitu menenangkan, dengan
canda mu yang memecah kemarahanku dan janji-janjimu yang membuatku sering
berhayal tentang masa depan.
Cepatlah
kembali, jangan biarkan aku menunggu lebih
lama lagi.
Baca juga : kepentok Jarak :)
Komentar
Posting Komentar