Kisahku Part I




Sore ini sepulang dari kantor tak ada yang harus ku kerjakan lagi, akhirnya ku putuskan untuk kembali ke apartemenku, didepan kantor ku edarkan pandanganku ke setiap sudut, berusaha mencari taksi untuk pulang, tak lama pandanganku tertuju pada taksi yang terparkir tak jauh dari tempatku berdiri.

Syukurlah jalan sore ini tak begitu ramai, selama didalam taksi pandanganku terus tertuju ke tepi jalan yang ramai oleh orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Banyak yang berubah dari kotaku, bahkan terkadang ada beberapa sudut yang tak lagi ku kenali dari kotaku yang dulu, semuanya nampak berbeda. Dering handpone membuyarkan lamunanku segera ku lirik layar handponeku dan menekan tombol hijau pada sisi keypad.

“halo, ada apa fira ?,” jawabku
“mmm kak rifa sedang sibuk enggak sore ini ?,” sahut gadis yang suaranya khasnya sudah sangat akrab ditelingaku.
“enggak, memangnya ada apa ?,”
“aku pengen cerita banyak sama kaka, kaka lagi dimana ?,” tanyanya lagi.
“oh kaka baru pulang dari kantor, kamu mau ke apartemen kaka ?,”
“hmm boleh, ya udah aku berangkat ya ,” sahutnya.
“eh sekalian bawa baju ganti, kamu nginep aja di apartemen kaka besok kan hari minggu,” lanjutku.
“hehehe sipp deh kak, sampai bertemu nanti,”
“siip hati-hati dijalan ya,” jawabku.
“okeh, kaka juga,” jawabnya sambil menutup telepon.

Hmmm sudah lama aku tak bertemu fira, akhir-akhir ini aku sibuk kerja jadi jarang sekali berkunjung kerumah. Sesampainya diapartemenku, ku baringkan tubuhku diatas tempat tidur berusaha melepaskan penat yang melekat dalam tubuhku.

Apartemenku tak begitu luas cukuplah untukku tinggal sendirian, semenjak kerja ku putuskan untuk tinggal sendirian, selain untuk memperdekat jarak saat berangkat ke kantor aku juga ingin mencoba untuk hidup mandiri. Aku sudah terbiasa hidup mandiri sejak kuliah, awalnya tak mudah saat aku harus melakukan semua hal benar-benar sendirian tapi akhirnya lama-lama aku terbiasa.
Tak lama terdengar suara bel berbunyi, pasti fira pikirku.

“iya sebentar,” sahutku sambil melangkah menuju pintu, membukakan pintu segera fira menhambur masuk dan memelukku.
“kaka, aku kangen kakak kenapa sekarang jarang kerumah ?,” tanya fira sambil melepaskan pelukanya.
“biasalah dek kaka lagi sibuk-sibuknya, kabar ibu dan ayah gimana ?,”tanyaku sambil menutup  pintu.
“baik-baik aja kakak,” jawab fira tanpa melihat kearahku tangannya sibuk merapihkan rambutnya yang sedikit berantakkan.
“ampun deh adik kakak centil banget kemana-mana bawa kaca,” ledekku sambil duduk di samping fira.
“iya dong kak, fira kan udah gede,”
“oh ya ? udah gede kok kelakuan masih kayak bocah ?,” ledekku lagi.
“iiih kaka,” jawab fira sambil melipat tangannya dan memandang kesal kearahku.
“hahaha, oh iya kamu mau minum apa ?,” tanyaku sambil berdiri berjalan menuju sisi lain ruangan terdapat ruang kecil yang kujadikan sebagai dapur.
“jus jeruk kalo ada,”
“baiklah tuan putri,” ledekku sambil melemparkan sebatang coklat ke arah fira.
“buat aku ?,” tanyanya.
“iya lah buat siapa lagi,” jawabku sambil berlalu.
“asiiik kak rifa baik deh,”katanya, tangannya mulai sibuk mengupas kertas pembungkus coklat.
“oh iya kamu mau cerita apa ?,” tanyaku  kembali duduk disamping fira dan meletakan segelas jus jeruk diatas meja.
“tenang kak aku mau habiskan coklatnya dulu, baru aku cerita,” jawabnya, fira kini duduk dikelas 1 sma, ia tak jauh berbeda denganku dulu saat masih duduk dibangku sma.
            “ya udah kakak mandi dulu deh,” kataku sambil berdiri.

            Fira hanya menjawab ucapanku dengan anggukan kepala, ku langkahkan kaki menuju kamar mandi dan membiarkan air yang dingin menghilangkan sepenuhnya kepentanku dihari ini.
            Setelah selesai berganti pakaian dan merapihkan rambutku kembali ku duduk disamping fira yang kini sudah berpindah tempat diatas tempat tidurku.
            “oh iya kak rifa masih sama kak Fahri ?,” tanyanya saat aku duduk disampinya.
                “masih dong, emangnya kamu pacaran udah kayak kaos kaki tiap minggu ganti,” ledekku.
            “yaaah namanya juga ABG kak masih maen-maen,” jawabnya enteng. “oh iya kak, aku cerita sekarang aja deh,” lanjutnya sambil tersenyum ke arahku.
            “silakan,” jawabku singkat.

            Sambil menarik nafas panjang fira memutar tubuhnya menghadap ke arahku.
            “jadi skrg aku LDR kak sama Rian, dua bulan lalu rian pindah ke jakarta skrg sih hubungna kita baik-baik aja, tapi akhir-akhir ini aku dekat sama teman sekolahku Adi, adi murid baru dan dia gak tau kalo aku udah punya pacar aku juga nggak berniat memberitahunya sih, hehe.. trus kemarin dia nembak aku kak, nah sekarang aku bingung harus gimana ? aku suka sama adi tapi aku juga gak mau ngelepas rian, tapi kalo aku pilih rian aku juga gak sanggup LDR lagi kak .. aku sih berfikir buat terima adi jadi enakkan punya pacar dua .. ,” jelas fira, di akhir ceritanya iya menghela nafas panjang.
            Kini giliranku terdiam, mendengar cerita fira kembali ku teringat dengan kisahku dulu, terbayang kisah cinta putih abu-abu yang indah berakhir pahit akibat kecerobohanku sendiri.

***

            Dari perkenalan yang tak disengaja disebuah seminar tempat les baru didaerahku, aku duduk dideretan paling depan dengan sahabat baikku ira, tanpa memperdulikan sekelilingku aku fokuskan melihat kedepan, memperhatikan orang yang sedang menjelaskan tanpa ku sadari sosoknya memperhatikanku sejak tadi.
            Sampai akhirnya ia memulai pembicaraan saat ku tengah mengisi folmulir yang diberikan oleh pihak seminar.
            “eh boleh pinjel pulpennya gak ?,” tanyanya kepadaku.
Sesaat sempat terbengong saat ia bertanya kepadaku, ku coba kembali mengendalikan diriku. sedikit rasa risih menghinggapi diriku, kenapa ini orang minjem sama temen-temennya aja sih, pikirku.
           
“oh iya silakan,” jawabku singkat.
            “nomor hpnya di isi nggak ?,” tanyanya lagi kepadaku.
            “terserah atuh kalo emang mau diisi ya isi,” jawabku singkat.
            “yang lu kok gak diisi ?,” tanyanya lagi.
            “ya gimana gue mau ngisi kan pulpenya di pinjem sama lo ?,” jawabku sambil berusaha menahan tawa.
            “oh iya pinjem dulu ya ?,”
            “iya,”
            “nama lo siapa ?,” tanyanya lagi.
            “rifa, lo ?,” kataku berbalik bertanya.
            “evan, sekolah dimana ?,” tanyanya lagi. Obrolan kamipun terus mengalir diselingi candaan dan gelak tawa yang tertahan.
            “oh iya nih pulpenya makasih ya,” katanya disela obrolan kami.
            “iya sama-sama,” kataku segera ku isi folmulir yang masih kosong ditanganku. Kali ini ku sadari evan sejak tadi masih terus memperhatikanku. Merasa risih akhirnya aku bertanya padanya.
            “apa lo liat-liat ? ,” kataku sambil menahan tawa.
            “eh enggak, gue boleh minta nomor hape lu gak ?,” tanyanya malu-malu kulihat pipinya sedikit memerah.
            Hmmm ternyata dia manis juga, ih ih apaan sih baru juga kenal, pikirku.
            “buat apa ?,” tanyaku sedikit terdengar bodoh pertanyaan semacam ini, terasa pipiku mulai memanas, aduh kok jadi salting gini.
            “buat smsan lah buat apalagi coba ?,” katanya sambil tertawa, terlihat lesung pipi yang semakin memperlihatkan kemanisannya membuatku sedikit tertarik untuk lebih mengenalnya.
            “hahaha takut aja buat ganjel lemari,” kataku sambil tertawa  “ya udah nih lihat aja di folmulir gue,” lanjutku. Tanpa ku sadari sejak tadi ira tertawa sendiri memperhatikan  aku dan evan.
            “ehem,” katanya berdehem disampingku “pantes aja dari tadi gue dikacangin taunya ada yang sibuk tukeran nomor hape,” lanjutnya sambil menyenggol tanganku.
           
            Pipiku semakin terasa memanas, ku cubit tangan ira agar iya berhenti meledekku, ternyata tindakanku salah besar bukannya membuat ira diam malah semakin membuatnya semakin gencar meledekku.
            “aw  rifa apasih cubit-cubit genit deh,” ledeknya lagi.
            “awas lo ya,” bisikku mengancam, terdengar tawa evan melihat tingkahku, ah muka gue pasti udah kaya kepiting rebus, malu gila. Batinku.
            Tak terasa waktu berjalan begitu cepat perkenalan singkat itu membawaku semakin dekat dengannya, obrolan singkat kami yang biasa semakin mendekat ke arah yang lebih jauh, sampai akhirnya ia menyatakan perasaannya padaku.
            “Rifa gue udah suka sama lo sejak pertama kita ketemu, senyum lo udah memikat gue, menarik gue buat lebih dekat sama lo,  rifa sekarang gue mau bilang sama lo kalo gue suka dan sayang sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue ?,” ucapnya saat obrolan kita ditelfon.
 “tapi apa sanggup kita LDR ?, lo kan selalu sibuk sama urusan lo ? lo bisa ngejaga kepercayaan gue diantara adik-adik kelas lo yang keganjenan ?,” tanyaku mencari kepastian.
“kalo dijalanin gue yakin kita sanggup, gue janji bakal selalu ada buat lo, gue janji gak akan ngecewain lo,” jawabnya meyakinkanku.

BERSAMBUNG ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah Setahun

Buku-buku Tentang Manusia

Dengarkan Aku