Kisahku Part II
cerita sebelumnya : Kisahku Part I
Takdapatku jelaskan
lagi bagaimana perasaanku saat mendengar evan mengucapkan kata-kata itu
ditelfon seakan bibirku terkunci tak tahu apa yang harus ku katakan, jujur
semenjak pertemuan kita untuk pertama kalinnya itu aku belum pernah bertemu
dengannya lagi, tapi pesan-pesan singkatnya, perhatianya semuanya sedikit
meyakinkanku.
Akhirnya aku coba jalanin hubungan ini, awalnya sangat
indah saat evan berusaha selalu ada untukku, tapi lama kelamaan rasa curiga dan
cemburu selalu menyelimutiku tiapkali evan sibuk dengan urusan organisasinya,
terutama akhir-akhir ini evan benar-benar tak ada waktu untukku.
Disaat-saat kesepianku tanpa kehadiran evan sosok lain
datang dalam kehidupanku, teman dari sahabat baikku, Tian. Disaat evan sibuk
dengan urusanya tian datang menemaniku, menghiburku, menhilangkan semua rasa
sepiku.
Kesalahan pertamaku
adalah tidak memberitahu tian bahwa statusku bukan lagi sendiri, itu membuatnya
berharap lebih kepadaku, sampai akhirnya ia menyatakan perasaannya padaku,
semua rasa bercampur didalam hatiku, bingung, ragu, dan perasaan bersalah yang
mendominasi atas kesalahanku menerimannya menjadi pacarku, lebih tepatnya
selingkuhanku ...
“selamat pagi sayang :) ,” dua pesan singkat
memasuki henponku satu dari evan satu dari tian ku balas satu persatu sampai
akhirnya aku melakukan kesalahan terbesar dan terbodoh yang pernah ku lakukan.
Salah kirim sms!
“ iya nanti aku juga
makan tian sayang :) oke deh nanti siang
kita main ya :),” sms yang harusnya ku
kirim pada tian malah ku kirim pada evan.
Ah sial aku terus
mengumpat dalam hatiku.
“sms kesiapa kamu ?,” tanya
evan.
Ah aku harus bales apa,
akhirnya hanpon ku bergetar evan meneleponku, seakan jantungku akan keluar dari
tempatnya, keringat dingin membanjiri pelipisku, tanganku seakan membeku.
“halo,” jawabku
berusaha sebisa mungkin menegendalikan diriku.
“maksud sms tadi apa
?,” tanyanya langsung ke inti pembicaraan.
“emm itu emmm itu,”
jawabku terbata-bata tak tahu harus mencari alesan apa, akhirnya aku pasrah
apapun yang akan terjadi.
“itu apa ?,” bentaknya
“jelasin sama gue sekarang !,” lanjutnya, kata aku yang biasanya kini berganti
dengan gue menegaskan bahwa evan benar-benar marah kepadaku.
Sejenak ku terdiam
mencoba mengumpulkan kenberanian memejamkan mata, mencoba menyusun kata untukku
ucapkan, terbayang kenangan ku bersama evan, akhir pekan yang kita habiskan
berdua, saat yang sangat berharga yang malah ku sia-siakan.
“maafin aku van,” hanya
itu kata yang keluar dari mulutku semua kata yang ku susun dalam pikiranku
seperti menghilang tertahan ditenggorokan.
“maaf buat apa ? gue
gak nyuruh lo minta maaf gue nyuruh lo jelasin tentang sms tadi,” ucap evan
seperti ada benda tumpul yang menghantam kepalaku saat evan mengucapkan
kata-kata itu.
Dengan sisa-sisa
keberanianku ku jelaskan semuanya pada evan tentang apa yang sebenarnya
terjadi.
“... gue kayak gitu karena lo juga, lo gak
pernah ada buat gue, lo terlalu sibuk,” ucapku diakhir penjelasanku air mataku
tak sanggup lagi tertahan, aku tak ingin evan mendengar isak tangisku.
“tapi gak pake
selingkuh juga kan ?,” jawab evan.
Apapun yang ku katakan
saat ini pasti akan tetap salah dimata evan akhirnya ku putuskan untuk diam,
rasa takut itu kian menyekapku, rasa bersalah itu seperti mentertawaiku atas
semua kesalahan yang kulakukan, seakan menjadi makhluk paling bodoh saat ini.
“kenapa diem ? mau
sampe sini aja ?,” tanyanya datar seperti tak punya perasaan.
“aku gak mau
...,”jawabku lirih.
“gue minta nomor
selingkuhan lo dong,” pinta evan kepadaku, benar-benar datar seperti apa yang
terjadi sama sekali tak menyentuh hatinya.
“buat apa ?,”
“pengen minta
penjelasan dari dia juga, mana ?,”
“nanti aku smsin,”
jawabku seperti berbisik, tubuh ku terasa lemas tak sanggup untuk mengatakan
apa-apa lagi.
“ya udah, oke ya jadi
sampe sini aja,” ucapnya singkat.
“aku mohon maafin aku,”
mohonku, aku gak mau semuanya berakhir.
“gue udah maafin lo kok
tapi buat lanjut kayaknya gak bisa,” terdengar helaan nafas dari ujung sana.
“refa sebenernya gue sayang sama gue juga tau gue juga salah selalu ninggalin
lo, tapi gue harap lo anggap ini pelajara buat kita gak Cuma buat lo tapi juga
buat gue, jaga diri lo baik-baik, gue bener-bener sayang sama lo,”
“gue juga sayang sama
lo,” ucap gue lirih air mata ini mengalir semakin deras, terdengar bunyi
sambungan diputus dari ujung sana.
Tuhaaaaaaan kenapa jadi
kayak gini ? kubaringkan tubuhku diatas tempat tidur, ku lihat layar hanpon sms
dari tian.. tak ada niat untuk ku membalas sms darinya saat ini aku hanya ingin
menenangkan diriku.
Teringat pinta evan
tadi segera ku kirim nomor tian ke evan entah lah apa yang akan terjadi, skrg
aku tak lagi perduli, ku pejamkan mata berharap ini hanya mimpi burukku.
Aku mohon tuhan ini hanya mimpi, aku mohon...
Tak lama sms tian menyerbu kotak masukku, aku sudah tahu
isinya apa..
“aku
gak nyangka kamu setega itu rifa, lebih baik kita cukup sampai disini,” salah satu pesan singkat yang kubaca.
“maafin
aku tian,” balasku singkat.
Kini aku benar-benar sadar akan
kesalahanku, apapun alasannya aku tidak boleh mengecewakan orang yang percaya
padaku, disaat aku serakah ingin memiliki keduanya ada saatnya aku harus
kehilangan keduanya juga..
Dan kini aku hanya bisa menyesal
dengan semua tindakan yang telah kulakukan, kini aku tahu kita akan benar-benar
merasa seseorang itu berarti saat kita telah kehilanganya.
***
“Kak rifa, fira harus gimana ?,” tanya putri sekali
lagi membuyarakan semua lamunan kenanganku. “yaelah kakak malah bengong lagi,”
lanjut fira.
“hehehe, kaka Cuma inget masa lalu aja ra,” jawabku
sambil tertawa.
“skrg udahkan bengongnya ? terus fira harus gimana ?,”
“fira sayang, dengerin kaka yaa, kakak tau gimana gak
enaknya LDR tapi kamu harus inget, siapapun didunia ini gak ada yang mau
diduain, gimana kalo kamu ada di posisi rian ? trus kalo kamu dapet dua-duanya
gak menutup kemungkinan akhirnya mereka bakal tau, skrg semua keputusan ada
dikamu yang pasti kamu harus pilih salah satu, kamu gak maukan disaat kamu
memiliki keduanya kamu harus kehilangan keduanya juga..?,” jelasku sambil
mengusap rambut fira.
“iya sih kak, tapi aku gak tau harus pilih yang mana,”
jawab fira sambil mengerucutkan bibirnya.
“ayo kita bikin grafik penilaian siapa yang lebih
pantas kamu pertahankan?,”ajakku pada fira.
“oke deh, makasih kakaaaa,” kata fira sambil
memelukku.
“kembali kasih adek,” jawabku sambil membalas pelukan
fira.
Selesai
Komentar
Posting Komentar