Untuk Seseorang di Masa Lalu

Untuk Seseorang di Masa Lalu.


Hai. Apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja.

Entah kenapa malam ini tiba-tiba kamu hadir difikiranku. Padahal, ini sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Kira-kira, 6 atau 7 tahun yang lalu. Ini sudah lama sekali, bukan? Sekarang saja umurku sudah 16 tahun dan beberapa bulan lagi aku akan berulangtahun yang ke-17. Hmmm, kalau tak salah tahun ini kamu akan berulangtahun yang ke-18, kan? Aku tak menyangka akan mengingatmu sedetail ini.

Aku juga masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Kamu adalah murid baru disekolah agamaku dulu. Didepan kelas kamu memperkenalkan namamu yang terdiri dari 2 suku kata. Kata pertama diambil dari nama Baginda kita dan kata kedua adalah nama salah satu surga. Anehnya nama itu malah terdengar menyebalkan ditelingaku. Selanjutnya kamu menyebutkan daerah asalmu dan dipersilakan duduk oleh ibu guru.Sebagai Anak perempuan yang pendiam, aku sama sekali tak memperdulikan kehadiranmu. ––jika kamu membaca surat ini, pasti kamu akan tertawa dan berkomentar. “Pendiam dari mananya?!” :)) Masih ingat? Kamu yang selalu berkomentar bahwa Aku adalah perempuan yang paling menyebalkan, nggak bisa diem, cerewet dan bawel yang pernah kamu temui.

Sebagai murid baru kamu memang menyebalkan!

Tak jarang kita bertengkar. Karena aku sendiri saat itu adalah gadis kecil keras kepala dan egois yang tak akan pernah mau kalah. Dan sekarang? Sepertinya masih sama. :)) Lama kelamaan, aku sendiri ––atau mungkin kita–– mulai bosan terus bertengkar, yang ada kita malah semakin dekat.Ditambah rumah kita yang searah. Beberapa kali tanpa sengaja kita berangkat dan pulang sekolah agama bersama. Bahkan bukan cuma sekali ketika hujan turun, kamu mengizinkanku untuk berpayungan bersama. Romantis? Bocah kelas 6 SD seperti kita dulu belum mengenal kata romantis! :))

Kamu masih ingat saat kamu menghadiahiku sebuah pensil bergambar mickey mouse berwarna merah sebagai tanda perdamaian? pensil itu tak pernah ku pakai karena takut merusak keutuhan gambarnya. :)) Dan surat yang kamu taruh dikolong mejaku? Isinya tentang permintaan maafmu karena membuatku kesal dihari sebelumnya. Aku langsung merobek dan membuangnya ke tempat sampah karena malu dan takut ketahuan teman satu kelas, bisa-bisa kita dijadikan bahan ejekan. Hehehe, maaf.

Hei! aku tak menyangka hal-hal bodoh yang kita lakukan dulu, menjadi bagian dari kenangan yang menyenangkan. Dan sebenarnya aku berharap hal itu tak pernah berakhir.

Tapi akhinya mau tak mau kita dipertemukan dengan perpisahan. Tanpa pamit, kamu pergi dan saat itu aku seperti punya firasat bahwa kamu tak akan kembali dan kita tak akan bertemu lagi. Saat itu untuk pertama kalinya aku merasakan apa itu kehilangan. Tunggu dulu, rasa kehilangan yang ku rasakan saat itu berbeda dengan perasaan kehilangan saat aku kehilangan jepitan rambutku atau ketika aku kehilangan benda-benda lain yang ku miliki. Benar-benar berbeda.

Sepertinya cukup sampai disini bernostalgianya, aku mulai tak suka memasuki cerita akhir. Sebenarnya tujuan dari suratku hanya satu, aku hanya ingin bertanya padamu. Bisakah kita kembali bertemu? Hanya untuk sekedar menyapa dan sedikit bercerita tentang apa yang sudah kita berdua lewati. Hanya itu. Bisa? Ku harap jawabanmu tak pernah membuatku kecewa.

Aku tak tahu kemana surat ini harus ku kirim, sebagai gantinya biarkan takdir yang akan menjadi kurir.



Dari teman kecilmu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sudah Setahun

Buku-buku Tentang Manusia

Dengarkan Aku